Matahari, planet, satelit dan benda langit lainnya bergerak dalam garis edarnya masing-masing. Alquran surat Al Anbiya ayat 33 dan surat Yaasin ayat 38 menjelaskan mengenai fakta ilmiah itu dan terbukti kebenaranya.
Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang alam semesta dan tata surya. Beberapa di antaranya seperti:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya:33)
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Yaa Siin: 38)
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (QS Yaa Siin: 39)
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaa Siin: 40)
Pengamatan astronomi telah membuktikan kebenaran fakta ini. Menurut ahli astronomi, matahari bergerak sangat cepat dengan kecepatan mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex.
Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta juga berada dalam suatu gerakan serupa.
Pernah suatu hari saya mengikuti seminar tentang teropong bintang di suatu tempat Bandung. Kebetulan waktu itu Pencinta Astronomi Jepang mau melihat Langit Selatan Bumi yang tentu saja tidak dapat dilihat dari Negara Jepang.
Negara Jepang juga hendak memperkenalkan teropong baru buatan mereka yang teropongnya di Bandung tetapi dikendalikan dari Jepang.
Sebelum acara dimulai diadakan seminar dulu dan penjelasan tentang cara kerja teropong serta tanya jawab tentang astronomi oleh astronom-astronom dari Bandung.
Salah seorang astronom menjelaskan kepada para peserta tentang berbagai hal tentang astronomi termasuk tentang teori asal usul tata surya.
Dijelaskan oleh astronom tersebut tentang 5 teori asal usul tata surya yang sudah kita kenal:
Dikatakannya bahwa di jagad raya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi Matahari. Bagian kabut sekitarnya kemudian berubah menjadi planet-planet dan satelitnya.Pada waktu yang hampir bersamaan , tanpa ada komunikasi, seorang ahli Fisika Prancis bernama Pierre Simon de Laplace, mengemukakan teori yang hampir sama.
Dikatakannya bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin. Karena pilinan itu maka kabut tersebut membentuk bentukan yang bulat seperti bola raksasa . Semakin kecil bola tersebut maka semakin cepatlah pilinannya. Akibatnya bentuk bola itu kemudian memepat di bagian kutubnya dan melebar dibagian ekuatornya. Kemudian sebagian massa gas di ekuatornya menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang.Lama kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan padat itulah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian inti kabut itun tetap berbentuk gas pijar yang kemudian kita sebut matahari sekarang ini.
Teori ini menyatakan bahwa matahari yang kita lihat sekarang memang sudah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang lain yang berpapasan dengan matahari tersebut pada jarak yang tidak terlalu jauh. Sebagai akibatnya maka terjadilah pasang naik pada permukaan matahari maupun pada permukaan bintang tersebut. Akibat selanjutnya maka sebagian dari massa matahari tersebut ada yang tertarik ke arah bintang.Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moulton dan Chamberlin, sebagian dari massa matahari tersebut jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa. Bagian yang terhambur ke ruang angkasa inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya kemudian beredar pada orbitnya.
Teori Pasang-Surut yang hampir sama dengan teori Planetisimal.Jeans dan Jeffreys mengemukakan bahwa setelah bintang itu menjauh maka massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang menjolok ke arah bintang. Kemudian sebagai akibat bintang yang semakin menjauh maka masa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalan gas itulah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya yang kemudian beredar pada orbitnya.
Satu lagi teori yang hampir sama dengan teori Planetisimal dan di kemukan kira-kira pada tahun tahun 1930. Teori ini menyatakan bahwa dahulu memang sudah ada dua buah bintang kembar. Salah satu dari bintang kembar itu kemudian meledak dan menjadi berkeping –keping. Karena pengaruh gravitasi bintang yang tidak meledak maka kepingan-kepingan itu berputar mengelilingi bintang tersebut. Bintang yang tidak meledak itu kemudian menjadi matahari yang kita lihat sekarang. Kepingan-kepingan yang berputar mengelilinginya kemudian menjadi planet-planet dan satelit-satelit.
Teori ini menyatakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Sampai sekarang ini di alam semesta masih bertebaran gumpalan awan seperti itu. Kurang lebih 5.000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan. Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat awan itu kemudian membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih sehingga menyerupai bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya.Bagian tengah cakram ini berpilin lebih lambat daripada bagian tepinya. Parttikel-partikel dibagian tengah ini saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang kemudian menjadi matahari.Bagian paling luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Gumpalan-gumpalan ini berpilin juga seperti gumpalan bola semula. Gumpalan-gumpalan ini kemudian menjadi dingin lalu membeku. Gumpalan-gumpalan yang membeku inilah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya dan beredar pada garis edarnya.
Jadi kecepatan pesawat ketika tiba dipermukaan tanah adalah 1.609,2 km/jam. Subhanalloh kecepatan yang sangat tinggi.
Ketika sesi tanya jawab saya mengacungkankan tangan dan bertanya kepada astronom tersebut, "Maaf Pa menurut pendapat Bapa, mana diantara 5 teori atau hipotesa tersebut yang paling benar?".
Atronom tersebut menjawab:" Karena ini teori atau hipotesa, maka tidak ada yang mutlak benar, karena mungkin besok bisa saja hipotesa-hipotesa tersebut mungkin berubah!"
Selanjutnya saya menjelasakan: "Maaf Pa, saya seorang Muslim, menurut kitab suci saya Al-Qur'an ada teori yang mendekati benar, yaitu teori Kabut Nebulae, seperti tercantum dalam Qur"an ( lalu saya bacakan ayat Al-Qur'an surat Fusilat : 11 dan saya jelaskan artinya),
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap (kabut), lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati (sukarela)".
Mendengar penjelasan saya tersebut teman-teman saya peserta seminar yang terdiri dari Guru Fisika dan Geografi Kota Bandung secara spontan bertepuk tangan dengan meriah.
Kemudian saya melanjutkan: "Maaf, dengan tidak ada maksud suudzon, ada kemungkinan Kant-Laplace membuat hipotesanya dengan mengutip dari ayat Al-Qur'an tersebut karena Al-Qur'an turun jauh lebih dahulu dari pertama kali hipotesa mereka dipublikasikan!
Astronom itupun hanya terdiam.
Kemudian saya melanjutkan: "Ujung ayat ini yang berbunyi kami datang dengan sukarela artinya semua benda di bumi ini patuh dan tunduk kepada Alloh, karena ayat ini bercerita tentang langit dan bumi, maka inilah teori gravitasi Alloh (sunatulloh), yang sekarang terkenal dengan teori Hukum Gravitasi Newton"
Berbicara tentang gravitasi, pernahkah kita berfikir berapa kecepatan benda jatuh dari suatu ketinggian ketika sampai dipermukaan tanah?
Bagi yang pernah menaiki pesawat terbang mungkin tahu bahwa ketinggian terbang pesawat adalah antara 10 km sampai 11 km. Kita angap saja 10 km atau 10.000 meter.
Andaikan ketika pada ketinggian tersebut pesawat mati mesinnya dan jatuh, maka kecepatan pesawat tersebut ketika tiba dipermukaan bumi adalah sesuai dengan rumus kecepatan benda yang jatuh bebas, (anggap percepatan gravitas (g) = 10 m/s:) yaitu,
kecepatan = √(2 x percepatan gravitasi x tinggi)
kecepatan = √2gh
kecepatan = √(2 x 10 x 10.000)
kecepatan = √(200.000)
kecepatan = 447 m/s atau
kecepatan = 1.609,2 km/jam
Jadi kecepatan pesawat ketika tiba dipermukaan tanah adalah 1.609,2 km/jam. Subhanalloh kecepatan yang sangat tinggi.
Mudah-mudahn bermanfaat!!!
Sumber Artikel : Klik Disini Dan Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar